Jumat, 01 Februari 2013

Cerita Panji Anom

Dahulu kala di daerah Lombok Timur ada seorang raja bernama Raden Panji Anom. Dia memerintah di sebuah kerajaan kecil yang subur makmur. Rakyat hidup tenteram dengan hasil pertanian yang melimpah ruah. Raden Panji Anom memimpin rakyatnya dengan bijaksana dan adil. Ia sangat disayangi oleh semua rakyat.


Raden Panji Anom mempunyai sembilan   orang istri. Akan tetapi tidak merasakan kebahagiaan, beliau sangat sedih dan masgul karena selama ia kawin dengan kesembilan  orang istrinya tak satu pun yang dapat memberikan ia keturunan. Ia belum mempunyai anak walau seorang pun.


Berbagai usaha telah dilakukan agar ia mempunyai anak. Ia telah mencari dukun sakti, pergi bertapa ke goa-goa, bedoa siang dan malam, dan melakukan pengobatan dengan berbagai cara, namun usahanya tetap belum berhasil. Ia hampir putus asa.


Pada suatu malam ketika sedang merenung sendiri, tiba-tiba datang seorang kakek tua bernama Kakek Betal Jemur dan berkata “ Wahai putraku Raden Panji Anom. Kamu tidak akan pernah mempunyai anak  dengan mencari dukun-dukun sakti. Sekarang coba ikuti petunjukku. Pergilah ke pantai Tanjung Menangis, bawalah semua istri dan pengiringmu. Di sana kamu mandi suci, dan selepas itu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila selesai berdoa kamu ajak prajuritmu untuk memancing ikan di sana. Camkanlah petuahku ini, mudah-mudahan Tuhan memberkatimu” Setelah berkata demikian, Kakek Betal Jemur langsung menghilang.


Raden Panji Anom sangat suka cita hatinya. Keesokan harinya, ia pergi ke pantai Tanjung Menangis untuk melaksanakan nasehat Kakek Betal Jemur itu. Di sana mereka mandi suci, membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin. Selesai mandi lalu berdoa bersama. Kemudian dilanjutkan dengan memancing ikan di pinggir pantai.


Konon kabarnya di sebelah utara Pulau  Lombok ada seorang Raksasa sakti bernama Danawe Kembar yang mendiami Gunung Kembar. Raksasa itu mempunyai putri  yang sangat  buruk mukanya dan juga memiliki kesaktian yang hebat namanya Danawe Sari.. Pada suatu hari Danawe Kembar berkata kepada Danawe Sari “ Wahai putriku, aku belum puas melihat kesaktianmu. Aku ingin menguji sejauh mana perkembangan kesaktianmu selama ini. Oleh karena itu engkau akan kulemparkan ke laut . Apakah kau siap?” Tanya Danawe Kembar.


“ Hamba siap, apa saja perintah Ramanda” kata Danawe Sari.


Danawe Kembar memerintahkan prajurit raksasanya untuk membuat peti mayat. Di dalam peti itu Danawe Sari dimasukkan lalu dilemparkan ke laut.


Pada saat memancing, tiba-tiba tali kailnya ditarik oleh sesuatu yang sangat berat. Raden Panji Anom memerintahkan prajuritnya untuk menarik tali kail. Apa yang terjadi ? Ternyata bukan ikan yang didapatkan, melainkan sebuah peti yang besar dibuat dari kayu jati dan bergembok. Lebih aneh lagi, ketika peti itu dibuka, ternyata isinya adalah seorang gadis cantik yang sangat manis dan ayu. Kecantikannya bagaikan bulan yang pemurah. Senyumnya mengulum manis dan ada lesung pipit di kedua pipinya. Wajahnya bulat oval dan matanya tajam berseri. Rambutnya hitam ikal mayang dan dikonde sebagian, menambah indah kecantikannya.


Raja Panji Anom terpesona, ia bertanya,” Wahai gadis manis. Dari manakah kamu berasal? Siapakah orang tuamu dan mengapa kamu ada di peti dihanyutkan oleh air laut seperti ini?. Tolong ceritakan wahai putri ayu!”


“ Ampun Tuanku, hamba pun tidak tahu dari mana hamba berasal. Hamba juga tidak tahu siapa orang tua hamba. Hamba adalah musafir yang terbuang dan terlunta-lunta dihanyuatkan air samudra.” Jawab Putri ayu dalam peti berbasa basi.


Raja Panji Anom langsung jatuh cinta dan membawa gadis cantik itu pulang ke istana untuk dinikahi. Kesembilan  istrinya setuju saja bermadu dengan gadis cantik itu dan penuh kesabaran karena raja memang ingin punya putra.


Setelah peristiwa itu, beberapa bulan kemudian kesembilan  orang istri raja hamil. Tetapi sayang, cinta dan kasih sang sang Raja telah tumpah ruah kepada gadis peti yang sangat cantik itu. Hari demi hari raja mabuk kepayang. Sampai-sampai ia melupakan dan menyia-nyiakan kesembilan  istrinya. Tidak pernah diurus sama sekali. Raja benar-benar lupa.


Setelah berhasil menjerat cinta sang Raja, gadis peti itu berterus terang bahwa ia sebenarnya putri dari Danawe Kembar yang ada di Gunung Kembar. Ia juga memberitahukan namanya Danawe Sari. Tetapi Raden Panji Anom tidak mau peduli siapa pun dia. Bahkan cintanya semakin menjadi-jadi seperti air bening yang tak putus mengalir di kali.


Danawe Sari iri hati kepada kesembilan  orang istri raja yang sudah hamil, sedangkan ia sendiri tidak bisa hamil. Danawe Sari meminta kepada Raden Panji Anom agar mengasingkan kesembilan  istrinya ke sebuah goa yang tidak jauh dari tempat itu. Raja Panji Anom menurut saja. Kesembilan  istrinya lalu diasingkan ke sebuah goa dengan bekal sederhana dan lampu penerang seadanya.


Di goa itulah mereka melahirkan anak laki-laki semua. Danawe Sari mendengar berita itu. Suatu malam ia menyusup ke goa dengan bentuk aslinya seorang raksasa perempuan. Ia membunuh semua anak yang baru dilahirkan itu. Dia juga mencongkel semua mata istri raja dengan kukunya sehingga semuanya buta. Bola-bola mata itu dibungkus lalu diantarkan ke Gunung Kembar kepada ayahnya.


         Berkat pertolongan Tuhan, ada seorang anak yang tidak terbunuh. Setelah delapan tahun berlalu anak tersebut besar di dalam goa. Tiba-tiba datang Kakek Betal Jemur memberitahukannya bahwa ayahnya adalah seorang raja bernama Raden Panji Anom. Oleh kakek Betal Jemur anak tersebut diberi nama Raden Panji Segara dan diantarkan ke hadapan ayahnya.


Raden Panji Segara pergi ke istana menemui ayahnya. Di sana ia mengakui tentang kelahirannya di dalam gua dan turut dibenarkan oleh Kakek Betal Jemur. Raja Panji Anom sangat gembira. Namun sebaliknya Danawe Sari sakit hati. Walaupun begitu ia berusaha menahan sakitnya dan pura-pura cinta kepada Raden Panji Segara.


Pada suatu hari Danawe Sari ingin mengirim Raden Panji Segara ke Gunung Kembar untuk menuntut ilmu kesaktian pada Danawe Kembar. Raden panji Anom setuju saja atas usul Danawe Sari itu. Danawe Sari lalu menulis surat untuk ayahnya dan dimasukkan ke dalam amplop.


Di tengah jalan Raden Panji Segara dihadang oleh Kakek Betal Jemur dan melihat isi surat itu. Surat itu berbunyi demikian:


Ayahanda Danawe Kembar. Ini hamba kirim anak dari madu hamba. Dia satu-satunya musuh ananda yang sangat berbahaya Dia calon pewaris kerajaan ayahnya. Tolong ayah bunuh dia dan sisakan ananda biji matanya .Salam Nanda Danawe Sari.


Setelah dibaca oleh Kakek Betal Jemur, surat itu dirobek dan diganti isinya menjadi begini :


Wahai ayahanda yang maha sakti. Syukurlah ananda telah dikaruniai seorang anak laki yang tampan. Ini dia hamba utus satu-satunya anak hamba yang menjadi calon raja namanya Raden Panji Segara. Sesuai denga pengalaman ananda di tengah segara. Oleh karena itu tolong ajarkan ilmu kesaktian ayah, bila perlu melebihi kesaktianku. Apabila anak ini sudah pandai berikan ia empat pasang bola mata yang ayah simpan dan suruhlah cepat-cepat pulang karena negara membutuhkannya. Ananda akan merasa bangga punya anak sakti.  Salam nanda. Danawe Sari”


Setiba di Gunung Kembar, Raden Panji Segara diterima dan diajar olah kanuragan dan berbagai kesaktian. Ia mengalami kemajuan pesat karena ia memang putra raja yang tangkas dan cerdas. Setelah beberapa hari ia telah memiliki kesaktian melebihi Danawe Sari. Raden Panji Segara disuruh pulang ke istana dan diberikan membawa bungkusan ajaib berisi 4 pasang bola mata.


Di istana kerajaan terjadi gempar. Setelah Raden Panji Segara pulang, terbongkarlah kedok rahasia kejahatan Danawe Sari. Danawe Sari bingung mengapa ayahnya tidak membunuh Panji Segara. Ia sangat marah dan sakit hati. Raden Panji Segara menceritakan kejadian yang sebenarnya dari awal sampai ia pulang dari gunung kembar. Danawe Sari membela diri dengan berbagai dalih, tetapi bola mata itulah yang menjadi bukti nyata. Dan di dalam gua sana masih hidup menderita 4 orang permaisuri yang hidup dalam kegelapan tidak bisa melihat.


Raja Panji Anom sangat marah. Untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah , Raden Panji Segara disuruh perang tanding dengan Danawe Sari. Danawe Sari mengeluarkan sumbar, “ Anak ingusan bau kencur, mana bisa menang melawan kesaktianku yang sempurna” ejeknya.


Raden Panji Segara tenang saja. Akhirnya terjadilah pertempuran sengit. Danawe Sari mengubah wujudnya menjadi seorang Raksasa Betina Giginya runcung dan baunya amis menyengat. Raja Panji Anom muntah melihatnya. Raden Panji Segara tidak memberikan kesempatan kepada  Danawe Sari untuk membuat ulah di istana. Ia langsung menyerang. Tentu saja terjadi pertempuran seru. Masing-masing mengeluarkan kesaktian. Danawe Sari mengubah diri jadi api, Raden Panji Segara mengubah diri jadi air. Semua kesaktian dikerahkan sampai menjadi binatang buas, menjadi kelelawar dan sebagainya namun semuanya dapat diimbamngi oleh Raden Panji Segara.


Ada satu kesaktian yang belum diajarkan oleh Danawe Kembar kepada Danawe Sari. Dan kesaktian itu telah diajarkan kepada Raden Panji Segara. Yaitu kesaktian meniup seruling buluh perindu. Siapa saja musuh yang ditujukan jika ia mendengar bunyi buluh perindu itu akan langsung teler, sampai lupa diri. Kesempatan itulah digunakan oleh Raden Panji Segar untuk membunuh Danawe Sari.


Akhirnya Danawe Sari dapat dikalahkan. Raja Panji Anom menyadari kesalahannya selama ini, telah mabuk cinta oleh seorang gadis cantik yang ternyata putri raksasa yang jelek dan busuk. Raja Panji Anom pergi menjemput kesembilan  istrinya di goa dan di kembalikan biji mata mereka. Raja Panji Anom meminta maaf kepada istri-istrinya. Di sana mereka berpelukan bertangis-tangisan saling memaafkan. Karena semua kejadian yang lalu adalah merupakan suratan takdir Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi pelajaran buat kita.



Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas VI oleh H. Sudirman dkk.

2 komentar:

Permainan Sasak « Blog Daruttaklim mengatakan...

[...] Cerita Panji Anom [...]

Perisaian « Blog Daruttaklim mengatakan...

[...] Cerita Panji Anom [...]

Posting Komentar