A. Hubungan Gumi Sasak dengan Dunia Luar
Untuk mengetahui tentang pengaruh luar di Gumi Sasak dapat ditelusuri dari temuan benda-benda purbakala. Menurut V.J. Herman, bahwa benda-benda hasil temuan merupakan kekayaan budaya material yang dapat menggambarkan tentang aktivitas dan kreativitas kehidupan masa lalu. Oleh sebab itu, penemuan-penemuan benda yang merupakan produksi luar menunjukkan hubungan Lombok dengan daerah luar.
Pada akhir zaman prasejarah masyarakat di Indonesia telah mulai mengenal kehidupan secara teratur. Nenek moyang kita melakukan hubungan dengan dunia luar berbagai peralatan semakin berkembang dengan adanya saling tukar menukar barang, mulai dari perhiasan untuk melengkapi kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam situasi yang demikian nenek moyang kita menerima pengaruh Hindu-Budha. Pengaruh agama Budha telah dapat diketahui sejak awal keberadaan kerajaan di Indonesia seperi Kutai, Tarumanegara dan Sriwijaya.
B. Pengaruh Budha Hindu
Gumi Sasak disebutkan pada saat kerajaan Sriwijaya berkuasa wilayahnya meliputi : Sin-to (Sunda), yang berbatasan dengan Yong-ya-lu (Jenggala), Batas Su-chi-ton (Sriwijaya), adalah Suito. Disamping kekuasaan Yong-ya-lu juga Ta-ban (Tumapel), Po-hu-yuan, Ma-teng (Medang), Hsi-ning (?), Teng-che, Ta-kang, Huan-ma-chu, Ma-li (Bali) Niu-lun (Lombok), Tan-jung-wu-lo (Tanjung Pura-Kalimantan), ti-wu (Timor), Peng-ya-i (Banggai, Sulawesi), Wa-nu-ku (Maluku)
Bukti adanya pengaruh agama Budha di Gumi Sasak adalah :
- Temuan 4 (empat) buah arca Budha dari perunggu pada tahun 1960 di Lombok Timur tepatnya di Batu Pandang, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. Keempat patung Budha tersebut kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Dua di antara patung tersebut dikenal sebagai Tara dan Awalokiteswara. Menurut Dr. Soekmono, satu di antaranya mirip dengan patung Budha yang terdapat di Candi Borobudur.
- Penemuan sebuah Genta di Pendua, Desa Sesait, Kecamatan Gangga Lombok Barat. Genta yang ditemukan terbuat dari perunggu, bentuknya menyerupai stupa dengan bagian tangkai bagian atas diberi hias Wajra berujung lima. Wajra adalah tanda Dewa Indra atau tanda pendeta Budha.
Pengaruh dari kerajaan Majapahit yang beragama Hindu tertulis dalam kitab Kertagama karya Pujangga Mpu Prapanca, nama pulau Lombok disebutnya dalam Sarga XIII dan XIV dengan perincian sebagai berikut : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Irian Jaya. Sesudah gurun maka sampailah kita ke daerah pulau Lombok Mirah Sasak yang utama.
Dengan demikian pengaruh agama Hindu berkembang juga di Lombok, banyak masyarakat di Lombok yang memeluk agama Hindu. Bukti bahwa di Gumi Sasak mendapat pengaruh dari Kerajaan Majapahit sebagai penganut agama Hindu adalah :
- Temuan Arca Siwa Mahadewa Tahun 1950, di Batu Pandang, Desa Sapit Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. Arca tersebut bergaya Jawa Tengahan abad IX.
- Kemudian tradisi masyarakat Pujut mengatakan tentang asal usul nenek moyangnya dari Majapahit yaitu Raden Mas Mulia.
Di Klungkung, Bali Mas Mulia kawin dengan Putri Dewa Agung Putu Alit bernama Dewi Mas Ayu Supraba. Dari Bali, Mas Mulia disertai 17 keluarga berangkat menuju Lombok dan menetap di Pujut.
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
2 komentar:
[...] ZAMAN KUNO GUMI SASAK [...]
[...] ZAMAN KUNO GUMI SASAK [...]
Posting Komentar