- Ras Mongoloid, khusus sub ras Melayu-Indonesia, tersebar di sebagain besar wilayah Indonesia terutama Indonesia yang terletak di bagian Barat dan Selatan antara lain Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok
- Ras Austromelanesoid, tersebar di wilayah Indonesia bagian timur terutama Irian Jaya dan pulau-pulau sekitarnya
Dengan demikian, sebagaimana suku-suku lainnya di Indonesia, maka penghuni suku di pulau Lombok berasal dari Asia Tenggara. Adapun kemudian penduduk pendatang berasal dari Bali, Sulawesi Selatan, Jawa, Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Nenek moyang kita menyusuri lembah-lembah sungai di Vietnam dan Thailand sampai di Semenanjung Malaya. Kemudian dengan menggunakan perahu bercadik mereka datang ke Nusantara mendarat di Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara termasuk Lombok sampai ke Flores dan Sulawesi Selatan.
Penemuan Gunung Piring
Hasil penemuan arkeologis di Gunung Piring, desa Truwai Kecamatan Pujut, Lombok Selatan oleh proyek penggalian dan penelitian purbakala Jakarta tahun 1976 adalah periuk utuh, kereweng, kerangka manusia, sisa kulit kerang, arang, fragmen logam dan binatang.
Dari hasil tersebut , disimpulkan bahwa kira-kira pada akhir zaman perunggu, enam abad yang lalu pulau Lombok bagian Selatan telah dihuni oleh sekelompok manusia yang sama kebudayaannya dengan penduduk ; (1) penduduk di Vietnam Selatan di Gua Tabon dan Gua Sasak, (2) penduduk di pulau Pallawan-Filipina, (3) penduduk di Gilimanuk Bali, (4) penduduk di Malielo-Sumba. Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan mereka di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.
Bagian Selatan telah dihuni oleh sekelompok manusia yang sama kebudayaannya dengan penduduk ; (1) penduduk di Vietnam Selatan di Gua Tabon dan Gua Sasak, (2) penduduk di pulau Pallawan-Filipina, (3) penduduk di Gilimanuk Bali, (4) Penduduk di Malielo-Sumba. Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan mereka di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.
Pada zaman dahulu nenek moyang kita hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengumpulkan bahan makanan dari hewan dan tumbuhan. Masa seperti ini di sebut dengan masa meramu. Nenek moyang kita yang tinggal di daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya mulai bercocok tanam sehingga pada saat ini daerah tersebut kurang subur itu sebabnya daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya sekarang ini banyak di tumbuhi semak belukar. Kehidupan nenek moyang kita pada saat itu sudah mulai menetap (bertempat tinggal) secara berkelompok.
Dengan demikian, hidupnya sudah lebih teratur dan membentuk pemimpin-pemimpin di tempat tinggalnya. Pemukiman masyarakat zaman prasejarah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
Nenek moyang kita yang tinggal di pesisir pantai mengambil makanan dari pantai dan laut. Bukti tentang keberadaannya adanya alat yang ditemukan seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi, adanya sisa kerang
2. Pemukiman di Daerah Pedalaman
Nenek moyang kita yang tinggal di daerah pedalaman (hutan) mengambil bahan makanannya dari hutan maupun sungai-sungai yang ada di dalam hutan. Adapun jenis alat yang telah ditemukan dan kini disimpan di Museum NTB yaitu alat-alat berburu seperti tombak, iwus, jaring, kodong ipin untuk menangkap udang, kodong lindung untuk menangkap belut dan sebagainya.
Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
3 komentar:
[...] Asal Usul Penghuni Gumi Sasak [...]
[...] Asal Usul Penghuni Gumi Sasak [...]
[...] Berikut adalah pribahasa yang sering diungkapkan oleh masyarakat sasak. [...]
Posting Komentar