Kamis, 31 Januari 2013

Babad Praya Lombok











 1.     Ringkasan Babad Praya (Mengawi).


Babad Praya sebagaimana halnya babad-babad yang lain seperti babad Lombok, Babad Selaparang (Babad Sakra) merupakan nukilan sejarah yaitu sejarah Praya sewaktu melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Anak Agung. Pemberontakan pertanian di Praya terjadi sebagai akibat dari adanya pajak yang memberatkan rakyat Praya.


Pemberontakan Praya terjadi pada tahun 1891 di bawah pimpinan Lalu Semail atau yang lazim disebut dengan Guru Bangkol yang dibantu oleh pemuka lainnya yaitu H.Dolah, H.Yasin, Mamiq Sepian, Mamiq Diraja, Mamiq Srinata, Ocet Talib dan lain-lain. Dalam babad ini juga diceritakan adanya seorang yang menyatakan dirinya berkebangsaan Arab bernama Tuan Serip. Ia adalah pengacau dan pengadu domba kedua belah pihak yang berperang. Karena siasat adu domba itulah maka ia berhasil mempengaruhi beberapa daerah lainnya, seperti Sakra, Masbagik,  Jerowaru, Pujut, Puyung, Kopang, Batukliang, Penujak, Jonggat, Sukarara dan Kediri untuk mengadakan pemberontakan bersama-sama dengan Praya.


Demikianlah maka perang tak dapat dielakkan lagi. Kedua belah pihak masing-masing mempersiapkan diri. Pihak Anak Agung dipimpin oleh Ratu Made dibantu oleh Ratu Nengah Gengsok, Anak Agung Made Jelantik, Bagus Nyoman Gel-gel, Ida Conding dan lain-lain keluar dari Cakranegara menuju ke timur untuk menyerbu Praya. Demikian pula Praya yang semula telah sepakat menggabungkan kekuatan dengan Puyung mulai bergerak ke arah barat menuju Cakra untuk mengadakan penyerbuan. Akan tetapi  Puyung tak dapat memenuhi janjinya dan tak dapat dilewati oleh pasukan Praya karena dijaga ketat oleh para  prajurit yang setia di bawah pemerintahan Anak Agung. Pada waktu penyerngan pertama Lalu Semail alias Guru Bangkol tidak bisa seterusnya memimpin pasukan, karena mendadak sakit perut di tengah jalan. Ia terpaksa kembali ke Praya karena sakit.Kedua pasukan itu akhirnya bertemu di Batukeliang di tempat pertemuan pertama terjadi.


Pertemuan demi pertemuan terus berlangsug sampai akhirnya pasukan Anak Agung dapat memasuki Praya. Inilah yang menyebabkan sebagian warga kota Praya harus mengungsi. Sisa-sisa warga kota dan para pemimpin mereka itulah yang terus mengadakan perlawanan dengan siasat perang bertahan di tempat. Masjid dijadikan tempat pertahanan mereka dengan mempergunakan senjata seadanaya berupa keris-keris, tombak, pedang dan lain-lain. Sedangkan persenjataan Anak Agung cukup modern karena sebagian besar memakai bedil. Karena merasa kawatir terdesak oleh musuh, maka pada suatu saat, mereka membuat semacam taktik yaitu dengan mengikatkan tombak pada orang-orangan yang terbuat dari bumbug. Kalau talinya ditarik, maka semua orang-orangan itu akan bergerak seperti orang yang hendak menombak. Diceritakan bahwa siasat ini cukup berhasil karena musuh tidak berani maju mengadakan perlawanan.


Penyerbuan Anak Agung tidak berhenti sampai di sini,  mereka terus menerus berusaha menduduki Praya dengan berbagai cara seperti membakar rumah-rumah penduduk desa  dan masjid yang dijadikan tempat pertahanan. Pada saat itu hampir semua daerah Praya dapat diduduki oleh Anak Agung. Daerah sekitarnya sampai sebelah barat Leneng dan dari segala penjuru telah dibentengi Anak Agung. Akan tetapi  dengan sisa kekuatan dan kemampuan yang ada, Praya terus bertahan sampai akhirnya berhasil mengusir Anak Agung dari Leneng.


Hal ini  merupakan awal kemenangan Praya. Kekalahan pasukannya membuat Anak Agung Made Karangasem bersama Anak Agung Ketut Karangasem kembali menyusun strategi baru. Usahanya ini juga gagal karena daerah-daerah di luar Praya seperti Jrowaru, Sakra, Apitaik, Pringgabaya, Pohgading,dan daerah pesisir lainnya yang sebelumnya setia kepada Anak Agung kini dibawah pimpinan H. Ali dan Mamiq Wirasentana berbalik melawan Anak Agung. Demikian pula halnya dengan Puyung yang dijadikan markas pertahanan Mataram, akhirnya dapat dikuasai oleh Praya setelah Pujut, Kawo,  Penujak, Batujai, Mujur,dan Marong ikut menggabungkan diri. Dengan demikian berakhir pulalah upaya pendudukan Anak Agung terhadap Praya dan daerah-daerah lainnya.


2.     Ringkasan Babad Praya


Lontar babad Praya ditulis oleh penulis Sasak yang yang berasal dari desa Batujai. Lontar ini menceritakan sebab-sebab terjadinya pemberontakan pemuka masyarakat terhadap kekuasaan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem yang berkuasa pada saat itu.


Sistem  penulisan lontar ini dalam bentuk sekaran (tembang) berbahasa Sasak. Ceritanya berawal dari latar belakang pemberontakan Praya. Diceritakan,pemberontakan terjadi karena adanya hasutan dari kalangan istana dan seorang yang berkebangsaan Arab bernama Tuan Sayid Abdullah yang menetap di Ampenan. Hal ini terjadi  sebagaia akibat adanya tekanan dan keharusan membayar upeti (pajak) serta adanya suatu paham yang keliru tentang dihalalkannya mencuri harta orang non muslim (Bali). Yang disebut terakhir merupakan penyebab khusus (Triger-penyelut) mulainya peperangan. Fitnah dan informasi yang keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan telah memperuncing suasana di antar kedua belah puhak.


Dalam keadaan seperti itu, keputusan-keputusan yang diambil tanpa melalui perhitungan atau pemikiran panjang. Pihak yang satu mengunggulkan keberaniannya dan pihak yang lain membanggakan kekuatannya. Berbagai kelemahan pada masing-masing pihak dilukiskan dalam babad Praya ini misalnya, ketergesaan yang membawa kesulitan pada pihak Praya dan kesalahan strategi Anak Agung Made sebagai panglima perang kerajaan Mataram. Anak Agung mempergunakan pasukan Islam (Sasak) Praya. Dalam babad ini diceritakan pula akibat dari perang yang terjadi, berupa korban jiwa dan harta benda. Perang ini berakhir dengan kehancuran kerajaan Karang Asem Lombok dan masuknya Kolonialisme Belanda di Lombok.


Siapakah yang menang di antara mereka dalam perang saudara ini? Itulah pertanyaan yang muncul setelah membaca babad ini.Seperti bunyi ungkapan serat menak.


Yaktining para ratu kang ajurit


Kasoran tan kasoran


Unggul woten unggul


Mung sampeyan katiwasan


Para ratu lahire ungguling jurit


Nanging paduka tiwas


Artinya :


Sesungguhnya para pemimpin yang berperang


Kalah tiada kalah


Hanyalah Tuan terpedaya


Para pemimpin lahirnya menang perang


Tapi tuan-tuan terpedaya


Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas V oleh H. Sudirman dkk.
read more

Babad Lombok

Babad Lombok berpengantar bahasa Jawa Kuno (Kawi) setelah pemaparan mukaddimah (exordium) barulah mulai bertutur mengenai Nabi Adam dan Hawa.


Sepeninggal Nabi Adam, para iblis melakukan propaganda besar-besaran untuk menyesatkan umat manusia. Iblis-iblis ini mengatakan kepada umat manusia bahwa mereka sudah bertemu dengan Nabi dan mendapat pesan dari Nabi Adam untuk manusia. Isi pesan tersebut ialah barang siapa yang hendak bertemu dengan Nabi Adam hendaklah ia mendirikan sanggah, sanggar serta sesaji. Babi, anjing, tuak dan berem dihalalkan semua. Ajaran ini kemudian disebut wratsari, dibawa oleh pendeta gurundeh dari Buda Klin. Maka banyaklah umat manusia yang terseret ke dalam ajaran iblis.


Pada masa berikutnya, Nabi Nuh Alaihissalam menyebarkan ajarannya.Ada sebagian umat manusia dari negeri Talpaman yang ingkar. Manakala hukuman Tuhan turun, berupa serangan Raja Amir Hamzah yang berasal dari Negeri Mekkah,maka kaum Talpaman melarikan diri dari negerinya dan sampailah mereka di pulau Lombok. Di pulau Lombok mereka menyerang sebuah desa yang bernama desa Laek. Penduduk desa ini kemudian melarikan diri dan mendirikan sebuah desa baru yang diberi nama desa Pamotan.


Babat Lombok juga  menuturkan pula bagaimana rakyat Pamotan memilih dan menobatkan rajanya. Mereka memilih seorang di antara mereka yang berbudi baik,berwibawa dan berpikiran cerdas untuk dijadikan rajanya. Setelah salah seorang terpilih  dibuatkanlah rumah, diberi pakaian yang baik, kuda dan senjata untuk sang raja.


Meletusnya gunung Rinjani selama tujuh hari tujuh malam mengakibatkan kehancuran besar. Puluhan ribu manusia meninggal dan sisanya yang selamat mengungsi ke puncak-puncak bukit. Setelah keadaan aman kembali, penduduk yang terkena musibah kemudian mendirikan sebuah desa baru yang diberi nama Jero Baru (Jerowaru).


Selanjutnya kedatangan orang Jawa dari kerajaan Maja Pahit, kemudian menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Lombok dan Bayan. Konon putra raja Maja Pahit yang sulung menjadi Raja Lombok dan adiknya menjadi Raja di Bayan.


Bagian selanjutnya dari babad ini menuturkan kisah asmaara yang berujung tragis antara Lala Seruni dengan Sandubaya.raja Lombok bernama Kerta Jaya, yang tergila-gila pada Lala  Seruni. Kerta Jaya  telah melaksanakan tipu daya dan menyuruh membunuh suami Lala Saruni (Sandubaya) di hutan perburuan Gebong. Namun akhirnya sang pembunuh pun menemui ajalnya karena membanting diri ke batu ketika Lala Seruni dibawa oleh Cukli Ajaib ke tengah Samudra untuk menyatu dengan roh suaminya.


Perang pun terjadi antara prabu Lombok dengan Demung Brangbatun (kakak Sandubaya). Peperangan berlangsung cukup lama, baru berakhir di masa Prabu Rangkasari, pengganti Prabu Lombok Kerta Jaya.


Yang menarik dari cerita ini adalah pelaksanaan perang yang dilakukan secara aneh, yaitu dengan bersenjatakan binatang laut (pasukan kerajaan Lombok) melawan pasukan kerajaan Brangbantun yang bersenjatakan jajan dan bahan makanan lainnya. Bentuk perang seperti ini diusulkan oleh Prabu Rangkasari karena ingin menghindari korban manusia dan harta benda.


Bagian selanjutnya dari babad Lombok menceritakan perjalanan muballigh Islam di bawah pimpinan Sunan Giri Prapen untuk menyebarkan Agama Islam di Gugusan Sunda kecil. Bersama beliau adalah Patih Madura, Jayeng Lengkara, Tumenggung Semarang, Tumenggung Surabaya, Patih Mataram,dan Patih Tuban. Pada saat itu Agama orang Sasak adalah  agama Wratsari (suatu bentuk agama asli Sasak pada waktu lampau). Pada masa masuknya Islam ini pusat kerajaan dipindahkan ke bagian tengah daratan yaitu ke Selaparang.


Babad Lombok ini kemudian bertutur mengenai kehidupan kerajaan Pejanggik dengan rajanya Wirocandra. Dikisahkan ada seorang Patih Muda yang bergelar Banjar Getas telah membuat begitu banyak ulah sehingga kerajaan Pejanggik Jatuh ke tangan kekuasaan Bali. Berikutnya,kekuasaan Selaparang juga terpaksa harus menyerah kepada raja Karang Asem Lombok, meskipun raja dan rakyatnya telah berjuang dan mengorbankan segala-galanya demi Bangsa dan Negaranya.Tuturan mengenai polah tingkah Banjar Getas inilah yang memenuhi alur cerita bagian akhir dari babad Lombok ini.


Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas V oleh H. Sudirman dkk.

read more

DONGENG BALANG KESIMBAR

Pada zaman dahulu di Pulau lombok  tinggal seorang kakek tua bersama seorang  cucunya yang bernama Balang Kesimbar. Kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Mereka hidup sebagai petani penggarap atau buruh tani yang hanya memperoleh upah dari menggarap sawah. Balang Kesimbar tinggal bersama kakeknya setelah kedua orang tuanya meninggal dunia akibat wabah penyakit yang ganas menyerang desa tempat tinggalnya.  Ketika itu Balang Kesimbar masih sangat kecil. Ia diasuh dan dibesarkan oleh kakeknya. Dengan penuh kesabaran sang Kakek mengasuh dan mendidik Balang Kesimbar. Meskipun kehidupan mereka serba kekurangan, akan tetapi  kakeknya tidak pernah mengeluh  dan putus asa. Balang Kesimbar mendapat pendidikan yang cukup berupa pendidikan akhlak dan budi pekerti. Ia diasuh dan diajar tata cara bergaul dan kesopanan serta agar selalu tabah dan sabar menghadapi ujian hidup. Di samping dididik oleh kakeknya sendiri, dia juga diserahkan belajar ilmu agama kepada seorang guru di kampungnya.  Berkat pendidikan itu, ia dapat hidup dan bergaul di tengah masyarakat dengan budi pekerti yang baik.  Balang Kesimbar tergolong anak yang rajin, tekun dan penyabar. Mengingat kakeknya yang sudah lanjut uloqa, ia berusaha membantu kakeknya dalam menyiapkan segala keperluan hidup yang apa adanya.

read more

Kamus Bahasa Sasak








Kamus Lengkap Bahasa Sasak Online



Kamus Kodeq Base Alus











































































































































































































































































































































































































































Nike



: itu



Niki



: ini



Drike



: di sana



Driki



: di sini



Napi



: apa



Wenten



: ada



Nenten



: tidak



Utawi



: atau



Menawi



: jika, kalau



Enggih



: ya



Pelinggih



: engkau , anda



Pelungguh sami



: anda semua



Tiang



: aku, saya



Mamiq



: ayah



Sanak



: saudara



Ninik



: kakek



Mami bini



: ibu



Ninik bini



: nenek



Bepe



: paman



Meme



: bibi



Simpang



: mampir



Bekarye



: bekerja



Ican



: kasih, beri



Tunas



: minta



Ampurayan/ampure



: maaf



Lumbar



: pergi



Rauh



: datang



Mantuk



: pulang



Ngenah



: kelihatan



Silaq, dawek



: mari, ayo



Beparas



: bercukur



Besermin



: menangis



Duke



: sedih



Kiat



: tersenyum



Kenyam



: sembuh



Sungkan



: sakit



Seduk



: lapar



Pekayunan



: kemauan



Kayun, suke



: mau



Metu, kodal, medal



: keluar



Kanten, sumelang



: jelas, karuan, nyata



Doe



: miliq/kepunyaan



Ndoeang



: yang mempunyai



Sedik



: sedang



Nyandang



: cukup



Ngeranjing



: masuk



Munggah



: naik



Duwur



: atas



Sor



: bawah



Pungkur



: belakang



Singit



: bersembunyi



Caking



: kaca mata



Dastar



: sapuq



Tampeq



: kain



Kampuh



: selimut



Kuece



: baju



Pesilaq



: undang



Sendaniq



: membangunkan orang tidur



Metengi



: bangun tidur



Mesare



: tidur



Antos



: tunggu



Kasep



: telat



Pendikayan



: suruh



Tandikayan



: disuruh



matur pewikan



: memberitahukan /melapor



lesu



: lelah



merangkat, mejangkep



: merariq



peragayan



: badan



tendes



: kepala



karne



: telinga



penyingakin



: mata



sumur



: hidung



mulut



: sungap



gigi



: pageran



lati



: lidah



punggalan



: leher



gading



: tangan



cokor



: kaki



jete



: bulu



gedeng



: rumah



bosang



: perut



lanjaran



: rokok



ngelanjar



: merokok



nyedah



: makan sirih/mamaq



medahar



: makan



besekedi



: buang air besar



belemer



: buang air kecil



melinggih



: duduk



ngadek



: berdiri



lumbar



: pergi



matur



: kasih tau



sareng



: teman



sebini’an



: istri



selaki’an



: suami



pesaengan



: nama



pamit



: permisi, mohon diri



nurge



: ucaman hormat



nunasan



: bertanya



metaken



: bertanya



mesiram



: mandi



memarek



: mengunjungi



rare



: masih kecil



menggah



: marah



mecunduk



: bertemu



ngandike



: memerintah







Sumber : Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.


_______________________________________________________________________

Untuk Kamus yang lengkap silahkan klik pada link berikut:

Kamus Lengkap Bahasa Sasak Online


DUP00195
read more

Rabu, 30 Januari 2013

Permainan Sasak

Permainan Sasak  adalah  suatu kegiatan yang dilakukan utuk menyenangkan hati dengan atau tanpa alat-alat yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Permainan yang dilakukan biasanya ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang. Permainan Sasak oleh suku Sasak yang dilakukan oleh orang-orang dewasa, akan tetapi lebih banyak oleh anak-anak. Permainan sesasak sangat perlu dilakukan sebagai upaya mengembangkan potensi dan kreativitas, permainan dapat mengembangkan sikap mental menuju kearah kedewasaan.


Permainan Sasak yang dilakukan oleh anak memberikan dampak yang sangat positif dalam kehidupan anak, mereka diajarkan untuk menerima kenyataan hidup. Dengan kemenangan tidak mengajak anak untuk sombong, takabbur tetapi tetap merendah dalam kejayaan, begitu pula dengan kekalahan tidak mengajak anak untuk selalu rendah diri, tetapi dengan ikhlas menerima kenyataan yang ada karena hidup memang ada yang kalah dan ada yan g menang.


Adapun jenis permainan sasak antara lain:

read more